Seberang Rindu

Jika sekelebat warna yang tergurat dipelangi bisa membuat tenang, berdirilah dan menangis karena itu sullt dilakukan. Dan jikapun bisa maka itu hanyalah semu membayang. Lupakan, pergilah sejauh yang belum pernah terbayang. Temui kerinduan yang belum sempat dinyalakan. Diseberang sana ada lamunanmu yang lalu, lukislah sesuatu yang bisa kau rasakan sewarna mungkin.

Sekarang dan kemarin merindukan bingung, sulit dijelaskan. Tanpa ada perjanjian, semua bisa berlalu begitu saja lantas membunuh angan esok. Kematiannya tiba-tiba sadis penuh rela. Tak ada yang bisa mengelak dan tak suka jika dirinya sendiri adalah rela.

Sepanjang angan lalu tidak ada menyesal, begitu saja melapangkan hati, tidak ada rasa yang keliru. Ada tulus terbentang luas dalam kenangan bertepi. Tapi begitu saja runtuh dan bernmuara. Melibas siratan lukisan penuh dengan hitungan tahun, waktu dan lelah. Tak ada artinya bila diukur dengan bahagia dalam hati yang sedang sakit. Berapapun kadarnya, itu cukup melunasi.

Ada yang diseberang tak lagi merindu. Pernah sekali mendengar cerita itu begitu saja menjadi menghangat diantara sekawanan perantau. Bisikan demi bisikan mengelupas seperti daun Djati menemui kemarau. Menjadi kering tak berbau lelbab. Atau bila ada rasa lain disana, membuat dunia baru yang sepadan, atau seperti sepadan.

Bagi nyawa diseberang, itu seperti bayangan lain membuat semakin hitam. Berlainan dengan cahaya yang dirindukan. Bila bayangan itu tumbuh, berarti cahaya semakin menjauh. Duh, lihat sekali saja dinding belakang atau punggung bayangan itu ! atau pangkalnya ! atau manapun dari mata yang setiap sudut memberi gambaran buta.

Sekarang, sekali ini lihat ! dirimu dari sela-sela rotan rapuh, ada retak penuh lapuk. Apa itu rotan atau dirimu? Apa ada yang serupa yang kau ingat? Membuat seperti tersenyum semua orang yang lintas kawan.

About aulye

Santri -sebutan saya- tak tau jalan keluar!!

Tinggalkan komentar